Disusun Oleh: Zainal Masri
Mahasiswa STAIN Batusangkar
O9 101 023
Mahasiswa STAIN Batusangkar
O9 101 023
"Kebahagiaan jasmani pada kurangnya makan, kebahagiaan lidah pada kurangnya pembicaraan, kebahagiaan jiwa pada kurangnya dosa. Kebahagiaan hati pada kurangnya ketergantungan. kebahagiaan adalah dambaan setiap kita, kebahagiaan itu bersumber dari hati,, maka perkayalah Hati kita perkaya hati kita dengan nilai-nilai Ilahi.."
NILAI-NILAI PENDIDIKAN
ISLAM YANG TERKANDUNG
DALAM IBADAH PUASA
A. Nilai Pendidikan Jasmani .
Pendidikan jasmani
merupakan pendidikan yang bertujuan untuk menjaga dan memelihara kesehatan
badan, seperti Alat-alat pernafasan, peredaran darah, pencernaan makanan,
melatih otot-otot dan urat saraf dan sebagainya.[1]
Sesuai dengan
tujuan pendidikan jasmani di atas maka puasa jika di lihat dari kesehatan
jasmani sangat banyak nilai-nilai pendidikan kesehatan yang terkandung di
dalamnya di antaranya:
1.
Puasa mengistirahatkan Mesin Pencernaan
Menurut Patricia
Parac dalam Miqdad Nidlom Fahmi, bahwa sepanjang perjalanan sejarah, puasa
telah melahirkan berbagai faedah, baik yang dirasakan oleh akal fikiran, tubuh
maupun rohani. Puasa menggerakkan proses pembersihan tubuh dari segala jenis
racun dan membantu proses perbaikannya. Puasa sangat membantu dalam
menstabilkan kadar-kadar berlebih pada tubuh, ia akan menurunkan tensi darah,
kolesterol, serta menambah kekebalan tubuh. Apabila seseorang ingin bebas dari
racun yang bertumpuk dalam tubuh kita, ia harus berpuasa, karena bisa memberi
tenggang waktu istirahat secara psikologis kepada tubuh. Istirahat ini dapat
membangun kekuatan energi yang sangat penting. Ketika energi itu bertambah maka
kadar terbebasnya diri seseorang dari racun akan bertambah dan diapun akan
meraih kehidupan yang sehat.[2]
Jika memakai
jadwal makan rata-rata tiap orang jadwal makannya sebagai ketika tidak berpuasa
adalah sebagai berikut:
a.
Makan pagi pukul 07.00
Sistem pencernaan
bekerja menghaluskan, mencerna dan menyerap masuk ke dalam darah sampai terahir
kurang lebih pukul 15.00
b.
Makan siang pukul 14.00
Belum selesai
memberesi makanan pagi sistem pencernaan bekerja lagi memberesi makanan siang
sampai kurang lebih pukul 22.00
c.
Makan malam pukul 20.00
Belum selesai
memberesi makanan siang sistem pencernaan bekerja lagi memberesi makanan malam
sampai kurang lebih pukul 04.00 pagi
Dalam kenyataan
pada umumnya, sesudah makan pagi pukul 07.00 hampir pasti ada makanan selingan
yang dimakan. Kemudian sesudah makan siang pukul 14.00 tidak jarang juga ada
makan selingan yang dimakan. Bahkan sesudah makan malam pukul 20.00
kadang-kadang masih ada juga makan selingan yang dimakan.[3]
Jika dilihat
gambaran dalam keadaan berpuasa sebagai berikut:
1)
Makan sahur pukul 03.30
Sistem pencernaan bekerja menghaluskan, mencerna, dan menyerap
masuk ke dalam darah sampai terahir pukul 11.30
2)
Berbuka 18.30
Antara pukul 11.30
sampai 18.30 (7 jam) tidak ada beban baru berupa makanan yang masuk. Alat-alat
pencernaan berarti sempat istirahat selama enam jam, baru bekerja lagi
membereskan makanan berbuka sampai pukul 01.30 dini hari.
Dari paparan di
atas dapat dijelaskan bahwa, ketika seseorang berpuasa maka pola makannya menjadi
berubah dari kebiasaan makan di hari-hari biasa. Apabila hari-hari biasa
seseorang makannya pagi, siang dan kemudian malam tetapi ketika berpuasa maka
pola makannya berubah, sehingga dengan perubahan pola tersebut maka cara
bekerja tubuh juga berubah. Jadi tubuh manusia pada saat berpuasa dapat
mengkonsumsi makanan secara seimbang dan organ-organ tubuh mengalami istirahat
dengan jarak waktu yang terpelihara.
2.
Memblokir Makanan Bakteri, Virus dan Sel Kanker
Dalam tubuh
manusia terdapat parasit-parasit yang menumpang hidup, termasuk penumpang
makanan dan minuman. Dengan menghentikan suplai makanan, kuman-kuman penyakit,
bakteri-bakteri dan sel-sel kanker tidak akan bisa bertahan hidup, mereka akan
keluar melalui cairan tubuh bersama sel-sel yang telah mati dan toksin. Dengan
demikian, pengaruh puasa terhadap kesehatan jasmani selain pengobatan yang
sangat signifikan ialah aspek pencegahan dan aspek perlindungan [4].
3.
Puasa dapat Menjaga Kesehatan Lambung
Menurut Dr. Ahmad
Rambli sumber kesengsaraan manusia, penderitaan jasmani, tekanan jiwa, berbagai
penyakit, perutlah terkemuka di antara segala penyakit yang mungkin
menyengsarakan hidup manusia. Penyakit perut adalah penyakit yang banyak
diderita orang di antara segala penyakit. Lebih lanjut Ahmad Rambli mengatakan,
dalam banyak keluarga penyakit perut lebih biasa diwarisi turun temurun, sedang
gangguan fa’al perut sementara boleh dikatakan oleh setiap orang. Frekuensi
penyakit perut yang nyata kelihatan ini memang dapat dimaklumi. Betapa banyak
kerjanya, baik yang berdasarkan kimia, maupun mekanik, yang mesti berlaku
selaras yang satu dengan yang lain, jika ingin tugas fisiologisnya dijalankan
sebagaimana mestinyadan dipenuhi tidak dengan cacat sebagai stasiun pertama
tempat makanan dan minuman untuk beberapa lamanya tersimpan, perut itulah yang
terbanyak menderita efek-efek yang tidak baik dari makanan dan minuman itu.
Atas dasar ini, perlu adanya suatu usaha pengendalian diri yang disebut dengan
diet atau berpantang.[5]
Dari penjelasan Dr.
Ahmad Rambli di atas dapat dipahami, bahwa makanan mempunyai pengaruh yang
sangat besar dalam kondisi fisik dan fsikis seesorang. Perut merupakan sumber
penyakit, berpantang atau diet adalah obatnya.
Menurut Lold Vovkorna salah seorang ilmuan barat yang
melakukan suatu penelitian pada abat ke 15, Dia menyatakan bahwa puasa
digunakan dalam pengobatan berbagai macam penyakit yang akut dan kronis. Dia
sendiri telah melakukan puasa untuk kesehatan dirinya. Dia hidup seratus tahun
dengan kesehatan yang prima. Setelah ia menderita penyakit kronis dia membuat
tulisan yang memuat tentang pengobatan melalui puasa dengan selogannya,
“makanlah sedikit maka umurmu akan panjang”.[6]
Dari hasil
penelitian ilmuan barat tersebut, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa kebahagiaan
jasmani itu terletak pada pola makan yang tidak berlebih-lebihan. Hal ini tidak
hanya di akui oleh orang Islam saja, tetapi juga para ilmuan barat yang
mengingkari Islam dan keagungan-Nya. Dengan puasa dapat mencegah tubuh dari
berbagai penyakit, salah satunya adalah menjaga kesehatan lambung dengan makan
yang tidak berlebihan.
Dalam Islam banyak
sekali tuntunan Al-Qur’an dan hadits mengenai makan dan minum, Allah berfirman:
(#qè=à2u... (#qç/uõ°$#ur wur (#þqèùÎô£è@ 4 ¼çm¯RÎ) w =Ïtä tûüÏùÎô£ßJø9$# ÇÌÊÈ
...makan dan minumlah, dan
janganlah berlebih-lebihan Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan.(Qs. Al-‘Araf: 31)
Dari ayat di atas
dapat di pahami bahwa Allah melarang seseorang makan dan minum secara
berlebihan. Jadi jika seseorang harus memenuhi perutnya, Rasulullah SAW
bersabda:
عن المقدام بن
معدي كرب اَنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قال: مَا مَلاَءَ اَدَمِيُّ
وِعَاءَ شَرًّا مِنْ بَطْنِهِ, بِحَسْبِ ابْنِ اَدَمَ لُقَيْمَةٌ يُقِمْنَ
صُلْبَهُ فَاِنْ كَانَ لاَمحَاَلةَ فَاعِلًا فَثُلُثٌ لِطَعَامِه وثُلُثٌ لِشَرَا
بِه وثُلُثٌ لِنَفْسِه ( رواه الترمذى[7]
Dari miqdam bin
ma’dikariba sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda Tidaklah seorang anak Adam
mengisi sesuatu yang lebih buruk dari perutnya sendiri, cukuplah bagi anak adam
beberapa suap yang dapat menegakkan
tulang punggungnya, jikapun ingin berbuat lebih, maka sepertiga untuk makanan
dan sepertiga untuk minum dan sepertiga lagi untuk nafasnya. ( HR. Tirmidzi).
Dalam
hadits yang lain beliau bersabda:
عن ابن عمر قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المْؤُمِنُ يَأْكُلُ فِى مِعًى
وَاحِدٍ. وَالْكَافِرُ يَأْكُلُ فِى سَبْعَةِ أَمْعَاء. رواه البخارى[8]
Ibnu ‘Umar
meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda: Orang yang beriman itu makan
dengan satu usus (perut), sedang orang kafir makan dengan tujuh usus. (HR.
Bukhari)
Dari hadits di
atas dapat dipahami perbedaan jumlah makan dan minumnya orang-orang yang
beriman dengan orang-orang kafir. Perbedaan usus
dalam matan hadis tersebut menunjukkan perbedaan sikap atau pandangan dalam
menghadapi nikmat Allah, termasuk tatkala makan. Orang yang beriman memandang
makan dan minum bukan sebagai tujuan hidup,
sedangkan orang kafir menempatkan makan sebagai bagian dari tujuan hidupnya.
Karenanya, orang yang beriman mestinya tidak banyak menuntut dalam kelezatan
makan. Itu berarti juga bahwa orang yang beriman itu harus membatasi
makanannya. Makan harus didasarkan pada kebutuhan tubuh bukan pada selera nafsu
belaka.
Analisis Nilai kependidikan
Berdasarkan paparan di atas, dikatakan
puasa mengandung nilai pendidikan jasmani karena, Tujuan pendidikan jasmani adalah menjaga dan memelihara
kesehatan fisik, seperti: alat-alat pernafasan, peredaran darah,
pencernaan makanan, melatih otot-otot dan urat saraf, melatih kecekatan,
ketangkasan dan sebagainya. Di antara banyak cara
untuk memperoleh kesehatan jasmani itu, maka salah satu cara yang paling efektif
adalah menjaga pola makan dengan cara berpuasa.
4.
Puasa melepas kebiasaan merokok
Kecanduan merokok
merupakan kebiasaan buruk yang tidak dibenarkan oleh agama dan akal sehat
karena dapat menimbulkan banyak bahaya terhadap kesehatan, jiwa, dan harta. Banyak
penelitian menegaskan bahwa terdapat korelasi yang sangat kuat terhadap kanker
paru-paru, kanker sirosis hati, kanker angina pectoris, penyakit arteri
koroner, kanker mulut, kanker tekak sengau, kanker laring dan penyakit-penyakit
lainnya. Sehingga janin-janin dalam kandungan ibunya tidak bisa di selamatkan
karena pengaruh merokok tersebut. Berdasarkan statistik, terdapat jutaan jiwa
manusia meninggal di seluruh dunia setiap tahun yang di akibatkan oleh rokok
dan kebiasaan merokok padahal umur mereka berkisar antara 34-65 tahun.[9]
Dari paparan di
atas dapat di pahami, bahwa kebiasaan merokok merupakan kebiasaan buruk yang
sering dilakukan orang dalam kehidupan sehari-hari yang harus dihindari. Karena
dia adalah suatu zat yang terbuat dari tembakau yang tidak wajar untuk di hisap
oleh siapapun yang ingin menjaga kesehatan dan jiwanya yang enggan untuk
melakukan pemborosan atau pengeluaran uang yang bukan pada tempatnya.
Analisis nilai
kependidikan
Dikatakan puasa
mendidik manusia dari kebiasaan merokok, karena pada saat menjalankan ibadah
puasa manusia akan berusaha melatih dirinya untuk melepaskan dari cengkraman
kebiasaan buruk sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari selama di
sertai dengan niat yang ikhlas dan kemauan yang kuat untuk mengendalikan diri.
Jika kecanduan terhadap rokok dapat di kendalikan dengan puasa, tidak mustahil
kecanduan serupa seperti kecanduan Alkohol, narkotika dan obat-obat terlarang
lainnya dapat pula di atasi dengan puasa.
B. Nilai Pendidikan Rohani
Dalam agama Islam,
puasa mengandung nilai untuk melatih disiplin rohani, melatih diri terhadap
batasan-batasan yang telah ditentukan yakni menahan diri untuk tidak makan,
mimum dan berhubungan seksual semenjak terbit fajar sampai terbenam matahari.
Pada dasarnya manusia telah mengetahui apabila hawa nafsu telah berkuasa, maka
tidak ada lagi batasan-batasan antara perbuatan baik atau buruk. Oleh karena
itu Allah mensyari’atkan kepada manusia untuk mengendalikan hawa nafsu dengan
cara berpuasa.
Dengan puasa mengajarkan manusia siap dalam
menghadapi penderitaan dan cobaan hidup serta menjauhkan diri dari segala
sesuatu yang dilarang Allah SWT dan memperbayak berbagai amal kebaikan.
Pada bulan puasa,
terutama bulan suci ramadhan, disyariatkan untuk bertaqarrub (mendekatkan diri)
kepada sang Khaliq (Allah SWT) dengan memperbanyak mengingat-Nya maka hati akan
semakin yakin bahwa semua yang ada datang hanya dari Allah dan suatu saat akan
kembali juga kepada Nya.
Allah SWT
berfirman dalam surat Ar Ra’d ayat 28:
ûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä ûÈõuKôÜs?ur Oßgç/qè=è% Ìø.ÉÎ/ «!$# 3
wr& Ìò2ÉÎ/ «!$# ûÈõyJôÜs? Ü>qè=à)ø9$#
ÇËÑÈ
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram (Qs. Ar Ra’d ayat: 28)
Pendidikan hati merupakan bagian dari
pembinaan rohani yang ditekankan pada upaya pengembangan potensi jiwa manusia
agar ia senantiasa dekat dengan Allah, cendrung kepada kebaikan dan menghindar
dari kejahatan.[10]
1. Puasa mendidik keimanan seorang hamba kepada
Allah SWT
Dari segi bahasa iman diartikan dengan pembenaran.
Sedangkan menurut istilah iman itu yakni meyakini dalam hati, mengakui dengan
lisannya, mengamalkan dengan anggota badan.[11]
Sebagian para pakar mengartikannya
sebagai pembenaran hati terhadap apa yang didengar oleh telinga. Dengan
demikian pembenaran akal saja tidak cukup kata mereka bahkan yang lebih penting
adalah pembenaran hati. Dalam agama Islam tidak semua pembenaran dinamai iman.
Iman terbatas pada pembenaran menyangkut apa yang di sampaikan oleh nabi
Muhammad SAW yang pokok-pokonya tergambar dalam rukun iman yang enam.[12]
Iman berbeda dengan ilmu, karena bisa
saja seseorang tahu tetapi dia tidak percaya dan bisa saja seseorang percaya
walau dia tidak tahu. Ini karena ilmu bersumber pada akal dan iman bersumber
pada kalbu.
Dari penjelasan iman di atas dapat
disimpulkan bahwa iman adalah pembenaran hati disusul dengan pengucapan dengan
lidah dan apa yang di ucapkan itu
dilaksanakan sesuai dengan tuntunan keimanan itu. Jadi iman bukan pembenaran
akal, sebab boleh jadi orang yang tinggi ilmunya tapi kurang mantap
keimanannya, maka dia melakukan korupsi.
Jika masalah pengakuan iman, banyak orang
mengaku beriman, mereka orang-orang non muslim juga banyak yang mengaku
beriman, berdasarkan berfirman Allah dalam
surat Yunus ayat 31:
ö@è% `tB Nä3è%ãöt z`ÏiB Ïä!$yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur `¨Br& à7Î=ôJt yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur `tBur ßlÌøä ¢yÛø9$# z`ÏB ÏMÍhyJø9$# ßlÌøäur |MÍhyJø9$# ÆÏB ÇcyÛø9$# `tBur ãÎn/yã zöDF{$# 4 tbqä9qà)u|¡sù ª!$# 4 ö@à)sù xsùr& tbqà)Gs? ÇÌÊÈ
Katakanlah:
"Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah
yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang
hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan
menjawab: "Allah". Maka Katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa
kepada-Nya)?”(Qs. Yunus: 31).[13]
Dengan berdasarkan kepada ayat tersebut,
dapat di pahami bahwa orang-orang Islam juga banyak yang mengaku beriman. Jadi untuk
membuktikan iman itu harus diiringi dengan Amal sholeh.
Dikatakan puasa dapat mendidik keimanan
seseorang karena, Ibadah puasa merupakan salah satu ibadah yang rahasia antara
hamba dengan Rabbnya, maka panggilan Allah untuk orang yang berpuasa juga
bersifat rahasia yaitu iman. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah
ayat 183
$ygr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä |=ÏGä. ãNà6øn=tæ ãP$uÅ_Á9$# $yJx. |=ÏGä. n?tã úïÏ%©!$# `ÏB öNà6Î=ö7s% öNä3ª=yès9 tbqà)Gs? ÇÊÑÌÈ
Hai orang-orang
yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (Qs. Abaqarah: 183)
Menurut M. Quraish Shihab dalam tafsir
Al-Misbah, Ayat puasa dimulai dengan ajakan kepada setiap orang yang memiliki
iman, walau seberat apapun. Ia dimulai dengan satu pengantar yang mengundang
setiap mukmin untuk sadar akan perlunya melaksanakan ajakan itu. Ia dimulai
dengan panggilan mesra, Wahai orang-orang yang beriman. Kemudian
dilanjutkan menjelaskan kewajiban puasa tanpa menunjuk siapa yang
mewajibkannya, diwajibkan atas kamu. Redaksi ini tidak menunjuk siapa
pelaku yang mewajibkan. Agaknya untuk mengisyaratkan bahwa apa yang akan
diwajibkan ini sedemikian penting dan bermanfaat bagi setiap orang bahkan
kelompok sehingga seandainya bukan Allah yang mewajibkannya, niscaya manusia
sendiri yang akan mewajibkanya atas dirinya sendiri. Yang diwajibkan adalah ash-shiyam,
yakni menahan diri.[14]
Mahmud Yunus menjelaskan berdasarkan
ayat di atas bahwa, Puasa adalah menahan nafsu dari makan, minum, dan
bersetubuh pada siang hari bulan ramadhan. Hikmahnya adalah untuk mendidik
rohani dan budi pekerti. Orang yang suka menahan nafsunya, karena semata-mata
mengikut perintah Allah, niscaya akan terdidik mengingat Allah setiap waktu,
serta malu kepada Nya akan memperbuat dosa. Oleh sebab itu ia tidak suka
memakan hak orang dengan jalan menipu atau korupsi, amat tersembunyi, sedangkan
memakan makanan yang halal kepunyaan dia sendiri ia dapat menahan nafsunya, apalagi
memakan yang haram hak orang lain atau berbuat yang di larang Allah, dan lagi
orang yang berpuasa itu, waktu ia merasa kelaparan, tentu ia akan teringat kepada
fakir miskin, yang setiap hari merasa kelaparan dengan begitu tertariklah
hatinya untuk berderma kepada mereka.[15]
Analisis nilai kependidikan
Pendidik adalah orang yang bertanggung
jawab membimbing peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu beriman
kepada Allah SWT. Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka pendidik terlebih dahulu
harus beriman, berdasarkan penjelasan surat Al-Baqarah ayat 183 di atas maka
puasa merupakan sarana untuk mendidik keimanan. sehingga ketika Allah menyeru
orang beriman untuk melaksanakan puasa, dia akan menilai keimanannya apakah sudah di buktikan dengan
amal sholeh.
2. Puasa Mendidik Keikhlasan
Menurut Sayyid Sabiq dalam Rahmad
Syafe’i, Ikhlas merupakan sikap manusia untuk menyengaja dengan perkataan, perbuatan
dan jihadnya karena Allah semata, dan mengharapkan keridhaan-Nya, bukan karena
mengharapkan harta, pujian, gelar, kemahsyuran dan kemajuan. Amalnya terangkat
dari kekurangan-kekurangan dan dari akhlak yang tercela sehingga ia menemukan
kesukaan Allah SWT.[16]
Berdasarkan pendapat Sayyid Sabiq di
atas, dapat di pahami bahwa ikhlas itu mencangkup bentuk amal perbuatan yang
dilakukan dengan niat hanya karena Allah SWT, karena tidak satupun makhluk
Allah yang akan mengetahui apakah seseorang itu ikhlas atau tidak. jadi ikhlas
itu merupakan sesuatu yang sifatnya sangat tersembunyi.
Ikhlas merupakan ruh dan inti setiap
amal, Para Nabi di utus untuk
mendakwahkannya, sebahgaimana firman Allah dalam surat Al-Bayyinah ayat 5: [17]
!$tBur (#ÿrâÉDé& wÎ) (#rßç6÷èuÏ9 ©!$# tûüÅÁÎ=øèC ã&s! tûïÏe$!$# uä!$xÿuZãm (#qßJÉ)ãur no4qn=¢Á9$# (#qè?÷sãur no4qx.¨9$# 4 y7Ï9ºsur ß`Ï ÏpyJÍhs)ø9$# ÇÎÈ
Padahal mereka
tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.( Qs. Al-Bayyinah:
5)
Dari ayat di atas dapat disimpulkan
bahwa, Allah SWT menyuruh manusia agar menjalankan ajaran agama Nya dilandasi
dengan niat yang ikhlas hanya karena Allah semata.
Dikatakan puasa dapat mendidik keiklasan
seorang hamba, karena puasa termasuk kelompok ibadah yang sifatnya tersembunyi
atau rahasia, dalam arti kata hanya Allah yang mengetahui dengan hamba-Nya.
Oleh karena itulah Allah memanggil dengan panggilan yang sangat rahasia, yaitu
orang-orang yang beriman. hal ini menunjukkan bahwa yang dituntut adalah
kesadaran sendiri.
Rasulullah
SAW bersabda:
وحَدَّثَنِي
مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ
أَخْبَرَنِي عَطَاءٌ عَنْ أَبِي صَالِحٍ الزَّيَّاتِ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ
إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ... رواه البخارى[18]
Setiap amal anak
Adam adl teruntuk baginya kecuali puasa. Karena puasa itu untuk-Ku, & Aku
sendiri yang akan memberikan balasannya...(HR. Bukhari dan Muslim)[19]
Dari hadits di atas dapat diambil maknanya,
bahwa puasa adalah rahasia antara yang berpuasa dengan Allah SWT, karena tidak
ada satupun makhluk Allah yang mengetahui persis siapa yang berpuasa karena Allah
SWT, kecuali hanya Allah dan yang bersangkutan itu sendiri. Dalam arti kata
berapa besarnya pahala dan ganjaran yang diberikan Oleh Allah tidak satupun
yang akan mengetahuinya.
Analisis Nilai kependidikan
Ikhlas merupakan salah satu syarat yang
harus dimiliki oleh seseorang apalagi sebagai pendidik, karena sasaran sebuah
pendidikan adalah hati. Puasa merupakan ibadah yang paling hampir dengan makna
keikhlasan bagi seorang hamba, karena zahir dan bathinnya hanya Allah yang
tahu, sifat inilah yang paling berharga dalam kehidupan seorang muslim, karena
amal perbuatan yang tanpa dilakukan dengan niat ikhlas tidak akan membuahkan
hasil, dan tidak di terima oleh Allah SWT.
3. Puasa dapat Mendidik dan Membina
ketaqwaan di hati Kaumuslimin
Taqwa merupakan salah satu tujuan
pendidikan Islam, Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa ayat 131
¬!ur
$tB
Îû
ÏNºuq»yJ¡¡9$#
$tBur
Îû
ÇÚöF{$# 3
ôs)s9ur $uZø¢¹ur
tûïÏ%©!$#
(#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$#
`ÏB
öNà6Î=ö6s% öNä.$Î)ur
Èbr& (#qà)®?$#
©!$# 4
bÎ)ur
(#rãàÿõ3s?
¨bÎ*sù ¬! $tB
Îû
ÏNºuq»yJ¡¡9$#
$tBur
Îû
ÇÚöF{$# 4
tb%x.ur
ª!$# $ÏZxî
#YÏHxq ÇÊÌÊÈ
Dan kepunyaan
Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah
memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga)
kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir maka
(ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah
kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji”(Qs. An-Nisa:
131)
Taqwa adalah ketika manusia takut
terhadap murka Allah baik dalam keadaan tersembunyi maupun terang-terangan.
Taqwa merupakan buah dari puasa ramadhan.[20]
Contoh taqwa adalah ketika Nabi SAW
hijrah dari mekah ke medinah kemudian bersembunyi di gua tsur, Nabi melihat
sudah dekat ada orang-orang musyrik yang ingin mengejar dan mencelakai Nabi,
Sahabat Abu Bakar sudah bertitik peluh dinginnya karena takut, namun pada saat
yang sama keluarlah satu kalimat dari lisan Nabi “La tahzan innallaha ma’ana”
jangan takut Allah beserta kita.[21]
Dari pengertian dan contoh taqwa di atas
maka dapat di simpulkan bahwa taqwa adalah takut hanya kepada Allah semata dan
merasakan kehadiran Allah dekat dalam hidup seperti yang di contohkan oleh
Rasulullah SAW ketika hijrah dari mekah ke medinah tersebut.
Tujuan utama dari ibadah puasa adalah
membentuk insan yang bertaqwa. Menurut Hamka kata لعلكم
تتقون dijelaskannya
supaya hubungan baik anatara manusia dengan Allah itu selalu terpelihara.
Karena dapat diperhatikan sendiri berapa
banyak orang yang mengakui memeluk suatu agama tetapi tidak ada getaran kedalam
jiwanya sendiri pemelukkan agama itu, Allah memerintahkan sebulan dalam setahun
yaitu di bulan Ramadhan, mengokohkan hubungan seseorang dengan Allah, karena di dalam mengerjakan
puasa itu orang insaf, bahwa yang memerintahkan adalah Tuhan. dengan
mengerjakan perintah-Nya yaitu puasa.[22]
Analisis nilai kependidikan
Berdasarkan Hamka di atas penulis dapat menganalisisnya
bahwa sesungguhnya contoh yang terbaik dalam kehidupan bukanlah kata-kata,
tetapi adalah contoh prilaku yang dimulai dari diri sendiri, karena contoh
dengan perbuatan jauh lebih baik daripada contoh dengan kata-kata. Jadi melalui
ibadah puasa mendidik pelakunya untuk disiplin kepada diri sendiri, yaitu
bagaimana seseorang mampu mengatur dirinya sendiri, melalui puasa seseorang
membina jiwanya untuk selalu mengingat dan melaksanakan perintah Allah serta
menjauhi-Nya.
4. Puasa mendidik Orang menjadi Jujur
Sifat
jujur merupakan sifat yang harus dimiliki oleh setiap manusia khususnya sebagai
seorang muslim. Allah mengancam orang-orang yang memiliki sifat munafik. Dalam
surat At-Taubah ayat 68 Allah berfirman:
ytãur ª!$# úüÉ)Ïÿ»oYßJø9$# ÏM»s)Ïÿ»oYßJø9$#ur u$¤ÿä3ø9$#ur u$tR tL©èygy_ tûïÏ$Î#»yz $pkÏù 4 }Ïd óOßgç6ó¡ym 4 ÞOßguZyès9ur ª!$# ( óOßgs9ur Ò>#xtã ×LìÉ)B ÇÏÑÈ
Allah
mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir
dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. cukuplah neraka itu bagi
mereka, dan Allah mela'nati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal (Qs. At-Taubah:
68)
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW
bersabda:
عَنْ أَبِى
هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ آيَةُ الْمُنَافِقِ
ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ
خَانَ[23]
Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW bersabda,
"Tanda-tanda orang munafik ada tiga jika berbicara ia berbohong, jika
berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanah ia berkhianat (HR. Bukhari).[24]
Dari
hadits di atas terdapat tiga macam tanda-tanda orang munafik yaitu:
a. Bila berkata ia dusta
Berdusta adalah sesuatu yang tidak
sesuai dengan kenyataan sebenarnya dusta sangat dilarang dalam Islam.
Sebaliknya Islam sangat menghargai orang-orang yang bersifat jujur walaupun
dalam bercanda.
b. Bila berjanji ia ingkar
Allah memerintahkan agar menepati janji
sesuai dengan Firman Nya dalam surat An-nahal ayat 91
(#qèù÷rr&ur ÏôgyèÎ/ «!$# #sÎ) óO?yg»tã wur (#qàÒà)Zs? z`»yJ÷F{$# y÷èt/ $ydÏÅ2öqs? ôs%ur ÞOçFù=yèy_ ©!$# öNà6øn=tæ ¸xÏÿx. 4 ¨bÎ) ©!$# ÞOn=÷èt $tB cqè=yèøÿs? ÇÒÊÈ
Dan tepatilah perjanjian dengan Allah
apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu,
sesudah meneguhkannya, sedang kamu Telah menjadikan Allah sebagai saksimu
(terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu
perbuat. (Qs. An-Nahal: 91)
c. Bila di percaya ia khianat
Amanah ialah tuntutan supaya di tunaikan
yang mencakup suruhan kepada mahkluk yang biasa berikhtiar untuk
melaksanakannya dan jangan sampai membiasakan untuk berkhianat apabila di beri
kepercayaan karena menyeretnya menjadi munafik.[25]
Berdasarkan ayat dan hadits di atas
maka dapat di simpulkan bahwa Allah dan Rasul Nya memerintahkan agar menjauhi
sifat-sifat munafik, jadi sudah saatnya dihilangkan dunia pura-pura contohnya,
pura-pura jujur dan pura-pura baik. Allah SWT sangat murka kepada orang orang yang hanya tahu
berkata-kata tetapi tidak mau mengamalkan apa yang di katakannya. Allah berfirman dalam QS Ash Shaf ayat 3
uã92 $ºFø)tB yYÏã «!$# br& (#qä9qà)s? $tB w cqè=yèøÿs? ÇÌÈ
Amat
besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu
kerjakan.(
QS Ash Shaf: 3)
Rasulullah SAW merupakan contoh teladan
bagi umat manusia, sebagai seorang rasul beliau memiliki empat sifat yaitu:
1) Sidiq yaitu benar dalam segala ucapan
dan perbuatan
2) Amanah yaitu dapat di percaya, jujur dan
adil
3) Tabligh yaitu menyampaikan
perintah-perintah Allah (dalam bentuk wahyu dan sebagainya) walaupun bagaimana
juga beratnya
Berdasarkan empat sifat rasulullah
di atas dapat diketahui, bahwa sifat yang pertama itu dimulai dari siddiq dan
di akhiri dengan fathanah, dalam arti
kata, jujurnya dahulu cerdasnya adalah di akhir. Ini berarti bahwa tidak ada jaminan seorang
yang cerdas itu jujur, atau sebaliknya. Jadi antara kecerdasan dan kepintaran
harus seimbang dengan kejujuran, karena orang yang cerdas dan mempunyai EQ yang
tinggi, tapi tidak jujur jiwanya kosong dari nilai-nilai agama atau nilai-nilai
Ilahi, hal ini bisa menyengsarakan dirinya sendiri, keluarga, orang lain, masyarakat,
bahkan bisa menghancurkan perekonomian suatu negara.
Pada saat ini, kejujuran menjadi masalah
besar. Tuduhan yang pernah dilontarkan para tokoh agama bahwa pemerintah tidak
jujur terkorfirmasi antara lain dengan terkuaknya kasus Muhammad Nazaruddin.
Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu dalam nyanyian sumbangnya menyeret
sejumlah nama yang semuanya dekat dengan Istana. Dan mudah diduga para tertuduh
pun semuanya membantah, Tetapi kesaksian para sopir dan pengawal tampaknya jauh
lebih nyaring dari bantahan bos-bosnya. Kemana kejujuran itu pergi? Mengapa
ketidakjujuran makin dekat dengan kekuasaan? Faktor utamanya mungkin karena
ambisi yang membutakan mata hati. Ketika mata hati dibutakan, pasti akan
menyeruak ketidakjujuran. Selanjutnya ketidakjujuran itu akan terus memanjang
dan melingkar karena setiap ketidakjujuran pasti akan membutuhkan topangan
ketidakjujuran berikutnya. Bagaimana cara memotong lingkaran ketidakjujuran?
Puasa di bulan Ramadhan bisa menjadi salah satu jawaban. Karena puasa
satu-satunya ibadah yang tersembunyi dari ruang publik. Berbeda misalnya dengan
syahadat yang harus jelas diucapkan dan bisa didengar, shalat yang begitu jelas
geraknya, zakat harus ada hartanya, dan haji mengharuskan pergi ke tanah suci.
Semua ibadah begitu nyata kecuali puasa.[27]
Dari kutipan artikel di atas maka
peneliti dapat menyimpulkan bahwa jujur tidak hanya dituntut terhadap orang
lain, tetapi seseorang juga harus jujur terhadap dirinya sendiri.
Analisis Nilai kependidikan
Puasa sangat efektif dalam mendidik
kejujuran seseorang, karena orang yang berpuasa adalah orang yang sanggup
memegang amanah, ia tidak akan mau membatalkan dan merusak puasanya mekipun
dilihat orang lain karena ia yakin Allah dan malaikat pasti melihatnya. Masyarakat,
bangsa, negara dan daerah membutuhkan orang-orang yang jujur dan bisa memegah amanah yang
diberikan kepadanya dengan baik.
5. Puasa dapat Mendidik Hawa Nafsu Manusia
1. Nafsu Amarah
Nafsu amarah adalah nafsu yang
disebabkan karena adanya suruhan atau dorongan dalam hati manusia untuk berbuat
keburukan dan kejahatan.
Allah berfirman dalam surat Yusuf ayat
53
¨bÎ)
}§øÿ¨Z9$#
8ou$¨BV{
Ïäþq¡9$$Î/
wÎ) $tB
zOÏmu þÎn1u
4
¨bÎ) În1u Öqàÿxî
×LìÏm§
ÇÎÌÈ
...Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan,
kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha
Pengampun lagi Maha penyanyang.
2. Nafsu Lawwamah
Nafsu lawwamah yaitu nasfu (jiwa) yang
menyesali dirinya sendiri atas perbuatan buruk dan setiap pelanggarannya.
Allah berfirman dalam surat Al-Qiyamah
ayat 2
Iwur ãNÅ¡ø%é& ħøÿ¨Z9$$Î/
ÏptB#§q¯=9$# ÇËÈ
Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya
sendiri) (Qs. Al-Qiyamah: 2)
Jadi dapat dipahami bahwa nafsu lawwamah
ini termasuk suatu nafsu yang baik, karena nafsu ini sering mengingatkan
seseorang untuk kembali kepada jalan yang benar.
3. Nafsu Muthmainnah
Allah berfirman dalam
surat Al Fajr ayat 27-30
$pkçJr'¯»t ߧøÿ¨Z9$# èp¨ZÍ´yJôÜßJø9$# ÇËÐÈ ûÓÉëÅ_ö$ 4n<Î) Å7În/u ZpuÅÊ#u Zp¨ÅÊó£D ÇËÑÈ Í?ä{÷$$sù Îû Ï»t6Ïã ÇËÒÈ Í?ä{÷$#ur ÓÉL¨Zy_ ÇÌÉÈ
27. Hai jiwa yang tenang
28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan
hati yang puas lagi diridhai-Nya
29. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku
30.
Masuklah ke dalam syurga-Ku.
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa Nafsu
Muthmainnah adalah nafsu yang tenteram, tenang, aman dan damai dalam mengingat
Allah dan menjalankan perintah-Nya.
Dari tiga kategori nafsu di atas maka hemat penulis bahwa nafsu merupakan
sebagai suatu bentuk keinginan atau naluri. Contohnya nafsu untuk makan, minum,
marah, nafsu syahwat, dan nafsu untuk melakukan ibadah
Nafsu
yang penulis maksud adalah nafsu yang menghalang seesorang untuk meluruskan
amal ibadahnya, maka yang perlu dilakukan supaya nafsu dapat terkendali, salah
satu upaya yang untuk mengendalikannya adalah dengan puasa, karena hakikat
puasa adalah kemampuan mengendalikan hawa nafsu. Nafsu yang buruk yang
berlebihan dididik dan di kendalikan, seperti nafsu amarah, nafsu minum, makan,
dan keinginan melakukan hubungan seks.
6.
Puasa mendidik Emosi yang Berlebihan
Emosi adalah jalan
yang bisa menyebabkan kehancuran seorang manusia. Oleh karenanya Allah dan
Rasul-Nya banyak menekankan untuk bisa menahan amarah dan meredakannya.
Allah berfirman dalam Qs. Ali Imran ayat 134
tûüÏJÏà»x6ø9$#ur
xáøtóø9$# tûüÏù$yèø9$#ur Ç`tã Ĩ$¨Y9$# 3
ª!$#ur =Ïtä úüÏZÅ¡ósßJø9$#
..dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan (Qs. Ali Imran: 134)
Puasa sangat efektif dalam upaya mendidik
mengendalikan nafsu yang buruk. Nafsu amarah berasal dari nafsu yang di bimbing
oleh setan. Setan masuk ke dalam tubuh manusia melalui aliran darah. Dalam
kondisi berpuasa, tubuh lemah akibat menahan haus dan lapar. Kondisi ini akan
menjadikan kekuatan dan energi setan turut melemah. Oleh karena itu puasa itu
sering disebut perisai (Junnah) termasuk perisai dari gangguan marah
yang disebabkan oleh nafsu syetan.[29]
عن ابي هريرة رضي الله عنه, ان رسول الله ص, قال: الصيام
جنة فلا يرفث ولا يجهل وان امرؤ قاتله او شاتحه فليقل اني صائم مرتين والذي نفسي
بيده لخلوف فم الصائم اطيب عند الله تعالي من ريح الحسك يترك طعامه وشرابه وشهوته
من اجلي الصيام لي واْن اْجزي به و الحسنة بعشر امثالها)..رواه البخارى ومسلم(
Diriwyatkan
dari Abi Hurairah ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda: puasa adalah
perisai (dari api neraka), maka janganlah kamu berkata kotor dan bersuara
keras. Dan apabila seseorang memaki atau mengajak berkelahi, katakan kepadanya
aku sedang berpuasa. Dan Nabi SAW menambahkan demi Dia yang menggenggam jiwaku,
bau mulut orang yang berpuasa lebih harum dari bau minyak misk (disisi Allah).
Dan ia tidak makan, tidak minum dan meninggalkan nafsunya karena Aku, puasa
Adalah untukku, dan akulah yang akan membalasnya dan setiap kebaikan akan
dibalas 10 kali kelipatannya. (HR.Bukhari dan Muslim).[31]
Menurut Quraish Shihab, makna prisai
dalam hadits di atas, berarti akhlak yang luhur. Mnausia dalam hidup ini
menghadapi banyak rayuan dan godaan seperti rayuan syetan dan nafsu, syetan
selalu membisikkan kepada manusia hal-hal yang buruk sehingga terlihat olehnya
indah, sedangkan nafsu tidak akan pernah puas kecuali dengan memperoleh apa
yang diharapkannya. Keburukkan nafsu itulah yang dapat di kendalikan dengan
puasa, sehingga puasa itu dinamakan dengan prisai dan ketahanan bagi manusia
menghadapi segala macam rayuan dan godaan.[32]
Analisis
Nilai kependidikan
Sifat mudah marah merupakan bagian dari
sifat negatif dalam jiwa manusia. Marah ada yang positif ada yg negatif, Jika
seseorang mampu mengendalikan diri dan menahan amarahnya dalam kondisi bagaimanapun,
maka hal itu akan membawa keberuntungan bagi dirinya dan juga bagi orang lain.
Karena sebagian besar kemarahan itu datangnya dari nafsu syetan, apalagi
menjadi seorang pendidik harus memiliki sifat lemah lembut dan mampu
mengendalikan amarahnya dalam mendidik.
7.
Puasa dapat mendidik kesabaran
Menurut Al-Ghazali
hakikat sabar adalah kuatnya dorongan agama dalam menghadapi dorongan hawa
nafsu. Lebih lanjut Al-Ghazali mengatakan bahwa manusia di kuasai oleh dua
pasukan yang keduanya saling berseberangan yaitu pasukan Allah dan malikat-Nya,
dan pasukan syetan yakni pasukan syahwat dan ajakannya.[33]
Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya syetan itu berjalan kesepanjang urat darah
(nadi) anak Adam (HR. Albukari dan muslim, Abu Daud dari Anas bin Malik)
Menurut
Al-Ghazali, berdasarkan hadits di atas, syetan berjalan dari anak adam pada
tempat jalan darahnya maka sempitkanlah tempat jalannya dengan lapar.[35]
Berdasarkan pendapat
Al-Ghazali di atas maka menurut hemat penulis bahwa hakikat sabar adalah
menahan gejolak nafsu yang di bimbing oleh syetan demi mencapai yang baik atau
yang terbaik.
Sabar ada 3 macam:
a.
Sabar karena ta’at yaitu menahan kesusahan-kesusahan
dalam mengerjakan ta’at dan menahan kesukaran-kesukaran dalam menjalankan
ibadah
b.
Sabar dari maksiat yaitu menahan diri dari mengerjakan
maksiat
c.
Sabar dalam mengalami bencana yang menimpa diri dengan
hati yang penuh ketabahan tidak mengeluh dan tidak mengutuk nasib.
Analisis
nilai-nilai kependidikan
Dari penjabaran di
atas dapat dipahami bahwa sabar di butuhkan oleh manusia kapanpun dan dimana
saja dia berada, dalam arti kata siapapun dia baik orang yang kuat, orang yang
lemah, laki-laki atau perempuan, kaya atau miskin, semuanya memerlukan
kesabaran, bahkan anak-anakpun perlu dididik agar dia sabar, karena apa yang
dialami oleh seseorang dalam hidup ini tidak keluar dari dua kemungkinan, boleh
jadi seseorang melakukan sesuatu karena sesuai dengan keinginan dan kehendaknya
atau sebaliknya.
8.
Puasa mendidik Syahwat perut dan syahwat kemaluan
Karl Marx dalam
hamka mengatakan, perang dan damai dunia ini yang hidup pertentangan di antara
manusia ialah perebutan mencari makan alyas mengisi perut, segala soal dalam
dunia ini, berpusat kepada perut, semua orang ingin kenyang dan tidak mau lapar
lalu merebut makanan maka terjadilah pertentangan yang tidak dapat dielakkan,
suatu hukum besi di antara golongan yang mempunyai (have) dengan yang
tidak mempunyai.[37]
Siqmund Freud,
menyatakan bahwasanya bukan urusan perut yang menjadi sebab timbulnya
pertentangan dan perbuatan di dalam dunia ini bukan perut, melainkan Faraj (kelamin).
Kecerdasan orang berfikir atau kegoblokannya, sukses atau gagal, soalnya hanya
satu yaitu soal libido. Yaitu suatu keinginan jantan kepada betina atau
sebaliknya.[38]
Al-Ghazali memandang
bukan segi perutnya saja sebagai pandangan Marx, dan bukan dari segi faraj saja
sebagai pandangan Freud, tetapi malah keduanya, kalau keduanya tidak ada,
manusia musnah dari muka bumi ini. kedua orang yahudi itu, Marx dan Freud tidak
memandang soal ini dari segi kerohanian atau segi agama, malahan mengutuk
penggunaan agama untuk menyelesaikan persoalan. Adapun Ghazali sesudah mengakui
bahwa perut dan faraj adalah kepastian mutlak bagi kelanjutan hidup manusia,
memberi peringatan bahwa manusia adalah satu-satunya mahkluk yang berakal yang
dapat menimbang buruk dan baik. Kalau sekiranya manusia memperturutkan syahwat
perutnya niscaya benarlah apa yang dikatakan marx yaitu perebutan rezki yang
tidak mengenal damai di antara manusia. Demikian pula kalau sekiranya syahwat
faraj tidak terkendali derajat manusia niscaya akan runtuh menjadi
binatang. Maka diberi Tuhanlah manusia
itu akal dan diberi Tuahan pula manusia itu agama. Akal yang murni sesuai
dengan agama yang suci,. Agama mengatur agar dalam mencari pengisi perut dengan
mengenal halal dan haram, dan dalam mengisi syahwat faraj manusia harus
menuruti aturan yaitu nikah.[39]
Berdasarkan
pendangan Marx, Freud dan Alghazali di atas maka jelaslah terlihat
perbandingannya, bahwa sumber dari segala kejahatan itu adalah karena syahwat
perut dan syahwat faraj. Jika tidak di kendalikan maka derajat manusia tidak ada
ubahnya seperti hewan, maka agama sangat
penting menjadi sebuah pegangan hidup manusia. Agama memerintahkan agar
mengendalikan hawa nafsu dan syahwat.
Allah berfirman dalam surat Al-Jasiah ayat 23 :
|M÷uätsùr& Ç`tB xsªB$# ¼çmyg»s9Î) çm1uqyd ã&©#|Êr&ur ª!$# 4n?tã 5Où=Ïæ tLsêyzur 4n?tã ¾ÏmÏèøÿx ¾ÏmÎ7ù=s%ur @yèy_ur 4n?tã ¾ÍnÎ|Çt/ Zouq»t±Ïî `yJsù ÏmÏöku .`ÏB Ï÷èt/ «!$# 4 xsùr& tbrã©.xs? ÇËÌÈ
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah Telah mengunci
mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka
siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).
Maka Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? [40]
Ayat di atas
menjelaskan bahwa Allah akan membiarkan orang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya itu sesat, Karena Allah Telah mengetahui bahwa dia tidak menerima petunjuk-petunjuk
yang diberikan kepadanya.[41]
Untuk dapat
mengendalikan hawa nafsu ada caranya, salah satunya adalah dengan puasa. Karena
tujuan puasa adalah menaklukkan hawa nafsu, sebab jika keinginan nafsu selalu
diturutkan, maka ia selalu meminta lebih dari yang sebelumnya dan jika nafsu
ditahan maka ia tidak akan bisa mencapai apa yang dinginkannya.
Puasa baik di
bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan mempunyai peranan tarbiyah, yaitu berperanan
dalam melatih pengendalian syahwat ferut dan syahwat faraj. Menurut Al-Ghazali
sumber segala dosa adalah syahwat perut, dan dari situlah timbul syahwat
kemaluan. Karena itulah Adam as. melanggar larangan Allah sehingga di keluarkan
dari surga, dan itulah yang menyebabkan seseorang mencari dunia dan
menyukainya.[42]
Rasulullah SAW
bersabda dalam sebuah hadits, yang begitu berharga bagi segenap pemuda. Beliau
bersabda:
اخبر محمد بن غيلان قال حدثنا
ابواحمد قال حدثنا سفيان عن الاعمش عن عمارةبن عميرعَنْ عَبْدِ الَّرحْمَنِ بْنِ
يَزِ يْدِ عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ قَالَ لَنَا رَسُوْ لُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَ سَلَمَّ يَا مَعْشَرَ الشَّبَا بِ مَنِ اسْتَطَا عَ مِنْكُمْ
الْبَاءَةَ فَالْيَتَزَ وَّجْ فَئِانَّهُ اَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَاَحْصَنُ لِلْفَرْ
جِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِا الصَّوْ مِ فَاءِ نَّهُ لَهُ وِجَا ءٌ (رواه مسلم)[43]
Dari
Abdirrahman bin Yazid, Abdullah berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallama bersabda pada kami: wahai para pemuda,
barang siapa di antara kalian yang mampu (untuk menikah), hendaklah ia segera
menikah dan barang siapa yang belum mampu maka hendaklah ia berpuasa karena ia
adalah perisai (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadits Rasulullah di atas jelas dapat dilihat dan dipahami bahwa salah satu hikmah pernikahan ialah lebih
menenangkan pandangan mata dan lebih memelihara kemaluan dari perbuatan yang di
larang oleh Allah SWT, tetapi apabila seseorang tidak mempunyai kemampuan untuk
menikah, padahal kondisi tubuhnya sehat, maka hendaklah ia lebih banyak
berpuasa, karena berpuasa dapat meredam birahinya.[44]
Kata وجاء adalah
prisai atau di artikan sebagai tindakan pencegahan agar tidak terjerumus kepada
kemaksiatan dan kehinaan yang akan menimpa pelakunya jika ia berbuat kekejian
tersebut, seperti penyakit kelamin (HAIDS). Puasa itu benar-benar menjadi
pencegahan dan tindakan yang paling aman dan sehat untuk mengendalikan dorongan
seksual. Oleh karena itu Rasulullah SAW memerintahkan manusia untuk berpuasa.[45]
Analisis Nilai kependidikan
Puasa merupakan
sarana yang paling tepat dalam rangka mengendalikan dua syahwat besar yaitu
syahwat perut dan syahwat kemaluan karena dari dua syahwat inilah yang
menyebabkan mayoritas manusia keluar
menyimpang dari jalan Allah SWT. Seperti Korupsi, kolusi, perzinaan, penyelewengan dan kebohongan
rata-rata dilakukan oleh orang yang tidak mampu mengendalikan dua syahwat
tersebut di atas.
C. Nilai Pendidikan sosial
Pendidikan sosial
adalah proses pembinaan kesadaran sosial, sikap sosial dan keterampilan sosial
agar seseorang dapat hidup dengan baik dan wajar dalam kehidupan bermasyarakat.[46]
Berdasarkan
pengertian tersebut jika dikaitkan dengan sebuah ibadah maka dapat di pahami,
bahwa setiap ibadah yang diperintahkan Allah sesungguhnya memiliki nilai-nilai sosial,
contohnya umat Islam diwajibkan oleh
Allah untuk sholat, tetapi Allah masih mengancam orang-orang yang sholat ketika
sholatnya itu tidak memiliki makna dan nilai-nilai sosial.
Allah SWT
Berfirman dalam surat Al-Maa’uun ayat 1-7
M÷uäur& Ï%©!$#
Ü>Éjs3ã
ÉúïÏe$!$$Î/
ÇÊÈ
Ï9ºxsù
Ï%©!$#
íßt zOÏKuø9$#
ÇËÈ
wur Ùçts 4n?tã ÏQ$yèsÛ
ÈûüÅ3ó¡ÏJø9$#
ÇÌÈ
×@÷uqsù ú,Íj#|ÁßJù=Ïj9
ÇÍÈ
tûïÏ%©!$#
öNèd `tã
öNÍkÍEx|¹ tbqèd$y ÇÎÈ
tûïÏ%©!$#
öNèd crâä!#tã
ÇÏÈ
tbqãèuZôJtur
tbqãã$yJø9$# ÇÐÈ
1.
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2.
Itulah orang yang menghardik anak
yatim,
3.
Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
4.
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5.
(yaitu) orang-orang yang lalai
dari shalatnya,
6.
Orang-orang yang berbuat riya
7.
Dan enggan (menolong dengan) barang berguna
Berdasarkan ayat
tersebut dapat di pahami bahwa, Allah masih mengancam orang yang sholat, ketika
orang tersebut sudah tidak peduli dengan orang miskin dan tidak menganjurkan
orang memberi makan.
Jika di lihat
dalam hadits Nabi SAW, orang yang berpuasa juga di ancam jika hanya menahan
haus dan lapar saja, Rasulullah SAW bersabda:
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ
صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ... رواه احمد[47]
Betapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan
rasa lapar dan dahaga saja. Betapa banyak pula yang melakukan shalat malam, hanya begadang di malam hari” (HR.
Ahmad)
Hadits di atas menjelaskan
bahwa puasa bukan hanya untuk menahan haus dan lapar saja.
Dikatakan Puasa
mengandung nilai pendidikan sosial karena berdasarkan hadits, Rasulullah SAW
bersabda:
وحَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ
رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي عَطَاءٌ
عَنْ أَبِي صَالِحٍ الزَّيَّاتِ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ يَقُولُا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ
لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ فَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ
أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَسْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ
قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ
لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ
رِيحِ الْمِسْكِ وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ
بِفِطْرِهِ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ .رواه البخارى[48]
Setiap
amal anak Adam adl teruntuk baginya kecuali puasa. Karena puasa itu untuk-Ku,
& Aku sendiri yang akan memberikan balasannya. Puasa itu perisai, maka jika suatu hari
seorang dari kalian sedang mengerjakan puasa, janganlah ia berkata keji dan
bertengkar sambil berteriak, jika ada orang yang menghinanya atau mengajak berkelahi,
maka hendaklah ia mengatakan”aku adalah orang yang sedang berpuasa”, demi zat
yang jiwa Muhammad yang berada di tangan Nya, sungguh bau mulut orang yang
berpuasa itu lebih harum dari minyak misik. Bagi orang yang berpuasa itu akan
mendapatkan dua kegembiraan yang dengan keduanya ia akan bergembira, yaitu
ketika berbuka ia bergembira dan ketika berjumpa dengan Rabbnya ia bergembira
di sebabkan oleh puasanya itu (HR. Bukhari dan Muslim)[49]
Berdasarkan hadits di atas dapat di jelaskan bahwa,
Rasulullah mengajarkan ciri-ciri khusus
orang berpuasa sehingga dapat menimbulkan sifat solidaritas sosial atau empati
kepada orang lain adalah:
1.
Wajah orang yang
berpuasa itu berseri-seri
Rasulullah SAW bersabda:
...اِنَّكُمْ لَنْ تَسْعُوْ نَ النَّا سَ
بِاَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ لِيَسَعَهُمْ مِنْكُمْ بَسْطُ الْوَجْهِ وَحُسْنُ الْخَلْقِ
)رواه الحكم(
Kalian menaklukkan manusia dengan harta kalian, akan
tetapi hendaklah kalian mengalahkan mereka dengan wajah yang berseri-seri dan
akhlak yang baik. (HR. Hakim).[50]
Dari hadis di atas dapat di pahami, bahwa senyum dengan
wajah yang berseri-seri merupakan salah satu untuk berhubungan secara fsikis
yang dapat mempengaruhi orang lain, melembutkan hati yang keras dan benteng
yang kuat. Dalam arti kata, orang yang wajahnya selalu berseri seri, maka
diyakini bahwa mereka memiliki kehangatan, bersifat penyayang, dan mempunyai
pandangan jauh ke depan. Sementara orang yang cemberut di anggap sebagai orang
yang dingin dan mundur.
Dengan berpuasa, maka seseorang akan muncul dalam dirinya
sifat-sifat sugawi. Allah SWT berfirman dalam surat QS
Al-Qiyaamah ayat 22-23
...وُجُوهٌ
يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ. إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ...
Wajah-wajah (orang-orang mu’min) pada
hari itu berseri-seri. Kepada Rabbnyalah mereka melihat (QS Al-Qiyaamah:22-23).
2.
Perkataan orang
yang berpuasa itu adalah lemah lembut
Allah berfirman
dalam surat Al-Baqarah ayat 263
×Aöqs% Ô$rã÷è¨B îotÏÿøótBur ×öyz `ÏiB 7ps%y|¹ !$ygãèt7÷Kt ]r& 3 ª!$#ur ;ÓÍ_xî ÒOÎ=ym
Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari
sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima).
Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun (Qs. Albaqarah: 263)
Dari ayat di atas
dapat di pahami bahwa, jika seseorang belum dapat memberi. Allah melarang
seseorang bersedekah jika menyakitkan hati si penerimanya, Allah mengingatkan,
memaafkannya lebih baik jika seseorang belum sanggup untuk memberi.
Menurut Abdullah
Nashih Ulwan, Alangkah indahnya hidup seorang muslim, ketika dia dapat
mencampurkan keseriusannya dalam perusahaan sehari-hari, dengan pergurauan,
serta percakapan yang menggelikan hati, kelembutan gerak-gerik, dan kemuncak
kebijaksanaan. Sebab Islam dengan prinsip-prinsipnya yang toleran memerintahkan
seorang muslim supaya menjadi jinak, senantiasa tersenyum, berhati girang,
bersahaja, berbudi tinggi, berkelakuan baik, serta senonoh pergaulannya
sehingga apabila dicampuri manusia dan berkumpul dengan mereka, mereka
senantiasa suka dan gembira, tertarik kepadanya dan memberikan perhatian terhadapnya,
inilah puncak karakter yang diharap-harapkan oleh Islam di dalam pendidikan
individu, membentuk masyarakat, dan membimbing manusia. Lebih lanjut Ulwan
mengatakan, dalam hal bergurau ada adabnya seperti, tidak keterlaluan dan
melebihi batasan, tidak menganiaya dan memburuk-burukkan orang lain, menjauhkan
dusta dan berbicara bohong.[51]
Berdasarkan
pendapat Ulwan di atas dapat di pahami bahwa, ajaran Islam membenarkan
seseorang bergurau, tetapi jangan sampai gurauan itu bersifat berlebihan,
apalagi berdusta. Jadi dalam hal ini maka seseorang harus memilih tempat
bergurau, kapan bergurau, dan yang lebih penting adalah jangan sampai gurauan
itu melecehkan seseorang apalagi berkata disertai dusta.
Dikatakan puasa
mendidik sikap lemah lembut karena orang yang berpuasa dia dilarang berkata
kotor dan keji, Rasulullah mengajarkan umatnya apabila seseorang mencaci-maki
dia maka hendaklah ia berkata “aku adalah orang yang sedang berpuasa”
Analisis Nilai Pendidikan
Sikap lemah lembut dan lapang dada merupakan suatu sikap yang harus
dimiliki oleh seseorang apalagi sebagai seorang pendidik atau Ulama.
Lapang dada adalah tidak mudah marah,
dan apabila marah dapat mengendalikan diri secara normal. Jadi seorang pendidik
harus memiliki sifat kasih sayang kepada peserta didiknya agar mereka dapat
menerima pendidikan dan pengajaran dengan hati yang senang dan nyaman, sehingga
segala proses pendidikan yang dilakukan oleh pendidik harus diwarnai oleh sifat
kasih sayang ini.
3.
Orang yang berpuasa
itu bersifat dermawan.
Manusia harus
bersifat dermawan, karena sifat dermawan itu termasuk salah satu cara untuk
memberantas penyakit rakus dan untuk menyelamatkan orang yang rakus atau tamak.[52]
Rasulullah SAW
bersabda:
حَدَّيْثُ
بْنُ
عُمَرَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَهُوَ عَلَى
الْمِنْبَرِ وَذَكَرَ الصَّدَقَةَ وَالتَّعَفُّفَ وَالْمَسْئَلَةَ: اَلْيَدُ
الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ
السُّفْلَى فَاالْيَدُ الْعُلْيَا هِيَ الْمُنْفِقَةُ وَالسُّفْلَى هِيَ
السَّائِلَةُ
...رواه
البخارى ومسلم[53]
Abdullah bin
Umar, meriwayatkan bahwa Rasululla SAW berada di atas mimbar, beliau bersabda
yang di antaranya beliau menganjurkan orang kaya untuk bersedekah, orang fakir
untuk menahan diri dari meminta, dan mencela tindakan meminta-minta, “Tangan di
atas lebih baik daripada tangan yang di bawah” tangan di atas adalah yang
bersedekah dan tangan yang di bawah adalah yang meminta. (HR. Bukhari dan
Muslim)
Berdasarkan hadits
di atas dapat dipahami, bahwa tiap-tiap orang tidak ada yang berniat untuk
meminta, tetapi setiap orang akan berfikir bagaimana dia bisa memberi, dalam
arti kata semakin kuat iman seseorang maka ia berfikir bagaimana supaya dia
bisa memberi, tetapi semakin lemah iman seseorang maka ia akan berfikir untuk
meminta. Sehingga kekuatan iman dengan rasa cinta kepada mahkluk dididik dalam
ibadah puasa, melaksanakan sabda
Rasulullah SAW:
عن انس عن
النبي صلى الله عليه وسلم قال لَا يُؤْ مِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِاَخِيْهِ
مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ (رواه البخا رى)[54]
Dari anas nabi
SAW bersabda tidak beriman salah seorang kamu sebelum ia mencintai saudaranya
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri (HR. Al-Bukhari)
Berdasarkan hadits di atas dapat,
dipahami bahwa Rsulullah mengajarkan kepada umatnya agar memiliki sifat
kepekaan sosial yang tinggi terhadap sesama, karena belum berarti iman
seseorang jika seseorang tersebut tidur dalam keadaan kenyang sementara
saudaranya kelaparan.
Dikatakan Puasa dapat
memupuk solidaritas sosial, terdapat juga terdapat beberapa pendapat dari para
ahli yaitu:
Menurut Sarib bin
Abdul, puasa melahirkan sikap prihatin dan balas kasihan kepada fakir miskin
lantaran itulah disyariatkannya Zakat fitrah untuk menguatkan lagi perasaan
tersebut, perasaan ini adalah titik tolak kepada rasa tanggung jawab untuk
melakukan perbaikan dalam masyarakat.[55]
Berdasarkan
pendapat Sarib bin Abdul di atas, dapat dipahami bahwa jika zakat fitrah disyariatkan
bagi setiap muslim yang mendapatkan akhir ramadhan dan awal sawal wajib baginya
membayar zakat fitrah, itu berarti agama Islam memberikan perhatian besar
terhadap pangan dan kepedulian sosial.
Menurut Syekh Ali
Ahmad Al-Jarjawi dalam Miftah Faridl yang merupakan slah satu jajaran ulama al-Azhar
Kairo mengungkapkan dalam buku “Hikmatut Tasyrik Wa Falsafatuhu” puasa
memperkokoh dan mendidik rasa kasih sayang dari mulianya rasa kebersamaan karena
orang yang puasa tinggal di banyak tempat yang jadi perjalanan kehidupan dan
keindahannya. Jika manusia dalam keadaan puasa ia akan merasakan panasnya
lapar, sehingga membuahkan rasa kasih sayang kepada fakir miskin yang tidak
mendapati pangan yang bisa menutupi lapar dan dahaganya.[56]
Menurut Ibnu
Qayyim Aljauziah dalam Yusuf Qardhawi: “Puasa dapat mengingatkan bagaimana
rasanya perut keroncongan dan dahaga yang membakar yang sering dirasakan oleh
para fakir miskin”.[57]
Menurut Ibnu Humam
dalam Yusuf Qardhawi dari Kitab Fathul Qadir Juz II/42: “Ketika merasakan
perihnya rasa lapar hanya di beberapa waktu maka ia akan selalu mengingatnya
sepanjang waktu, maka hatinya akan lebih merasa cepat lembut”.[58]
Berdasarkan beberapa
pendapat para ahli di atas dapat dipahami bahwa puasa pada hakikatnya
meneladani sifat-sifat Allah, karena Allah itu tidak makan dan tidak minum
tetapi Allah itu maha memberi. Dengan lapar dan haus yang dirasakan ketika
puasa, sadarlah mukmin betapa penderitaan orang-orang yang tidak punya menderita, dia berpuasa lebih lama, karena
tidak ada yang mau dimakan, shingga dapat melembutkan hatinya, ketika itu ia
tidak hanya tahu atau berupa teori saja tetapi juga membentuk kesadaran, inilah
yang akan melahirkan amal sholeh yaitu senang memberi, itu pulahlah sebabnya
ketika bulan ramadhan orang-orang yang mampu, sering mengajak dan mengundang anak-anak
yatim dan orang-orang miskin untuk berbuka bersama kerumahnya.
Nabi Yusuf a.s
ketika menduduki jabatan teras di bidang logistik, beliau selalu menjalani
puasa dan membiasakan diri lapar. Ditanyakan kepadanya “mengapa tuan
berlapar-lapar sedang tuan memegang gudang-gudang kekayaan di bumi? Utusan
Allah yang diberikan muka teramat tampan ini menjawab “aku khawatir jika aku
kenyang akan melupakan orang yang lapar”.[59]
Dari penjelasan Nabi
Yusuf di atas dapat dipahami bahwa apabila perut seseorang kenyang maka
fikirannya akan lebih banyak kepada materi dalam arti kata bagaimana keuntungan
bisa dapat. Tetapi apabila perintah puasa sudah dikerjakan, maka semua orang,
baik yang kaya atau yang miskin, akan merasakan lapar, sehingga dalam kondisi
lapar itu, seseorang akan berfikir, bagaimana orang lain, sehingga orang-orang
yang berpuasa itu tangannya mudah menolong orang lain.
[1]
Bukhari Umar, Hadits Tarbawi,
(Batusangkar, STAIN Batusangkar Press, 2011), h. 43
[2]
Miqdad Nidlom Fahmi, Mukjizat Puasa Wajib
dan Sunnah, Resep Illahi Terdahsyat Agar sehat Jasmani dan Rohani, (Delta
Prima Press, 2012), h. 80
[3]
Syarifuddin Ahmad, Puasa Menuju
Sehat Fisik dan Fsikis, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), h. 108-110
[5]
Syarifuddin Ahmad, Op. cit,
h.102
[6]Abdul Majid Ali Dariqah, Rahasia
Pengobatan dengan Puasa, (Bandung: Sigma Publizing, 2011), h. 8
[7]
Sayyid Ahmad Al-hasyimi, Syarah
Mukhtaarul Ahaadiits, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1993), h. 782
[8]
Bukhari Umar, Op. cit, h.46
[9]
Abdul Majid Ali Dariqah, Op.Cit.
h. 69-70
[10]
Bukhari Umar, Op. cit, h. 39
[11]
Aminuddin, Hadits-hadits tentang
Tuntunan Hidup, (Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2010), h. 39
[12]
Quraish Shihab, Membumikan
Alquran Jilid 2, (Jakarta: Lentera Hati, 2010), h. 17-18
[13] Tafsir Alfatih, h. 212
[14] M. Quraish Shihab, Tafsir
Al-Misbah, (Jakarta: Lentera hati, 2002), h. 484
[15] Mahmud Yunus, Tafsir Alqur’an
Karim, (Jakarta: PT Mahmud Yunus Wa Dzurriyah, 2011), h. 37
[16]
Rahmat Syafe’i, Al-Hadits Aqidah, Akhlak, Sosial dan Hukum,
(Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 58
[17]
Aminuddin, Op. cit, h.31
[18]
Shahih Al-Bukhari, Kitab Shiam,
h. 511
[19] Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Al
Lu’Lu’ Wal Marjan, (Jakarta: Ummul Qura, 2011), h. 496
[21]
‘Abdullah ‘Aidid, Nabi Muhammad
SAW, (Jakarta: Bulan Bintang, 1961), h. 86-87
[23]
Sahih Al-Bukhari, Kitab Iman,
hadits ke-24, h. 14-15
[24]
Makmur Daud, Terjemahan Hadits
Sahih Muslim Jilid I, (Singapore, Darel Fajr Publishing House, 2009), h.33
[25]
Aminuddin, Op.cit. h. 78-80
[26]
Kaelani, Islam, Iman, dan
Amal Sholeh, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 126
[27]
Jefri Geovanie, Puasa mendidik
Kejujuran, http://jeffriegeovanie.com/index./319-puasa-mendidik-kejujuran, (3 September 2013)
[28]
Syahrin Harahab, Ensiklopedia
Aqidah Islam, (Jakarta:Kencana, 2009), h. 436-437
[29]
Sarifudin Ahmad, Puasa Menuju sehat Fisik dan Psikis, (Jakarta: Gema
Insani Press,2003), h. 228-229
[30]
Ahmad
Sunarto, Himpunan Hadits Qudsi, Rembang: Setia Kawan, 2007
[31] Muhammad
Fuad Abdul Baqi, Al-Lu’lu’ Wal Marjan Mutiara Hadits Bukhari dan Muslim, (Jakarta:
Ummul Qura, 2011), Hadits ke-706 h. 495
[32]Quraish Shihab, Puasa
dan Ketahanan ,25 September,
tersedia di Kultum 01 Ramadhan 2010 - Puasa dan Ketahanan - YouTube
[33]
Imam Al-Ghazali, Prinsip Agama,
(Bandung: Pustaka Hidayah, 2002), h. 189
[35]
Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin jilid
II, (Jakarta: CV, Faizan1964)
[36]
Muhammad Khozin, Kupas Tuntas
Puasa Ramadhan, (Jakarta, Himmah Media, 2009), h. 160-161
[37]
Hamka, Tuntunan Puasa, sholat
Tarawih dan Idul Fitri, (Jakarta: PT. Citra Serumpun Padi, 1991), h. 27
[40]
Tafsir Alfatih, h. 501
[42]
Imam Al-Ghazali, Ringkasan Ihya
Ulumuddin, (Jakarta: Pustaka Amani, 1995), h. 185
[44]
Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Syarah
Mukhtarul Ahaadits, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1993), h. 973
[45]
Abdul Majid Ali Dariqah,Op.cit.
h.xiii
[46]
Bukhari Umar Op.cit ,h. 48
[47]
Ahmad bin Hanbal Jilid 2,
Hadits ke-373
[48]
Shahih Al-Bukhari, Kitab Shiam, h. 511
[49]
Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Al Lu’Lu’ Wal Marjan, (Jakarta: Ummul Qura,
2011), h. 496
[50]
Athif Abul ‘Id, The Magic Smile
Senyum kekuatan sihir yang mengubah hidup Anda, (Surakarta: Al-Jadid,
2009), h. 51
[51]
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan anak-anak
dalam Islam Jilid I, (Singapura: Pustaka Nasional Pte ltd, 1988), h.546-549
[52]
Abu Bakar Muhammad, Hadits
Tarbiyah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1995), h. 272
[53]
Al Lu’Lu’ Wal Marjan, Op. Cit, h.
440
[54]
Sahih Al-Bukhari, Kitab Iman,
h. 10
[56]
Miftah Faridl, Puasa Ibadah Kaya Makna, (Jakarta: Gema Insani, 2007), h. 152-154
[57] Yusuf Qardhawi, Fiqih Shiyam, (Jakarta: Islamuna Press, 1996), h.13
[59]
Sarifudin Ahmad, Op. cit. h. 213-214
thanks ya akhi,smg menjadi ilmu yang bermanfaat, salam kenal, izin nak ngopi y..
BalasHapusHumai ra@,, yupz k'..,,Amin..,,silakan aja kak,, memang itu gunanya untuk di bagi-bagi..,,tapi maaf k'.jika terdapat banyak kkurangannya,.cari lah buku2 yang lain untuk menguatkan kekurangan itu...!!
Hapusy,,Zainal gimana cara nal masukin musik itu d blogger itu?? ajarin donk??
HapusY Humai ra,,,mm,, ^_^ mksih y, telah meluangkan waktunya untuk singgah di blog coretan2 ini,,smoga ada nilai disisi Nya..,,
Hapus***
edit playlistnya sudah di buat? kalau sudah klik SCM Music Player d bwah ini,, masukin URL lagu yang diinginkan,,
...
aq senang,, mampir di blog x zaenal, disamping bisa nambah ilmu, juga ada musik yang menghibur.., aq juga dah coba tapi g' da lagunya keluar, thanks y *)..
Hapussiap edit SCM Music playernya,,masukin URL lagu dari youtobe kekotak editan, habis itu kopikan Url ny ke HTML/j..
Hapusالسلام عليكم
BalasHapusSalam kenal,, semoga kita diberi kemudahan untuk menerapkannya nilai2 pendidikan puasa dlm hdup, walaupun sulit nerapin nye. amin.
terimakasih,, ini sangat bagus makalahnya, sangat membantu, semoga ilmunya semakin bertambah..!!!! akan aku sebarkan juga sebagai ilmu….
saya lihat-lihat anda ini mengait-ngaitkan masalah agama dengan Korupsi, apa hubungannya puasa dengan korupsi?!
BalasHapusqalaw manusia itu BERIMAN, dan benar-benar puasa, mereka tidak akan mau KORUPTSI. itulah hubunganx.
HapusSyukron, salam sejahtera!! Makalah yg bagus dan Ilmiah,, sumbernya luar biasa, smoga menadi ilmu yg bermnfaat, Mudah2n siapa yg puasanya selamanya ini hanya menahan lapar aza, bisa d renung2kan kanlah kembali,
BalasHapusizin share y..
Renawe,, ia, silakan,, memang utk di bagi2 itu,, Amiin..:),, oh y,, sebanyak itu nilai pendidikan puasa, berapa dugaan k' renawe yg terjalankan baru?? atau khusus bagi k' Renawe sendiri?? :)
HapusTrimaksih sudah singgah d blognya...
BalasHapusRahma Hidayah@,,waalaikum salam,,amiin...,,sama2., silakan ..memang utuk di bagi2 itu .. :),,
pak Riswah K @,, kan ada penjelasannya tu pak,, smua harus dikaitkan dengan agama,,,kalau dia orang islam. sbb tanpa nilai2 agama maka kehidupan seseorang akan kacau dan mengacaukan
tidak menjamin orang yg ilmunya tinggi, agamanya mantap?? makanya dia korupsi. ,bagi orang2 yg berfikir, ada Allah yg mengawasi mereka,dia tdk akan ingin jadi orang munafik..,,saya yakin,, kalau satu nilai pendidikan kejujuran saja dalam ibadah puasa itu diterapkannya oleh mereka di ruang publik ini,, saya rasa KPK g' perlu ada di negeri ini...,,tapi sayangnya mereka para koruptor itu,,lebih takut kepada KPK daripada takut kepada Allah, apakah itu tdk terbalik?? apakah spt itu org yg mengaku telah beriman kpd Allah, malaikat, kitab, dan hari ahir, qadar baik &buruk
jadi kalau para koruptor itu,, mereka mengaku beriman katanya, dan mereka berpuasa, tapi meraka ttap korup , maka puasanya tidak bernilai dan tdk dapat apa2, kecuali lapar dan haus saja...
R..@,, y sama2...
:) :) :)
assalamualaikum wrwb,,
BalasHapussaudara zainal, terimakasih atas ilmunya..,bermanfaat sekali buat aku bahkan buat smua pembaca, aku jujur ne ye, kalau lapar dan haus sanggup aku tahan dari terbit fajar-malam bahkan mungkin juga sampai paginya lagi,..^_^, tapi emosi, bergunjing terkadang aku tidak kuat menahannya,, ^_^. tapi bukan aku saja spt itu
izin kopi y..ut' aku baca-baca & renun92 kan..(*_*)
y sama2,..
HapusEntry luar biasa. Moga Allah anugerahkn ilham yg tidak putus2 buat anda agar kami yg alpa dpt trjaga dgn tamparan dkwah anda. T.ksih akhi.
HapusFaida annaila@,, AMIIN..,,maaf jika ada yg tersinggung,, kulil haq walaukaanamuuron "walaupun pahit harus di sampaikan,, ma sama..smoga ad manfaatnya...
Hapusmantap, mantap, mantap, ini sangat bermanfaat bagi bangsa RI yg marak kasus korupsi sekarang ini. Semoga para pejabat dapat membaca makalah ini, sadarilah ada Allah yg mengawasi loe,hai para penguasa bertaqwalah qm hai para penguasa dimana saja qm berada. jika kau mengaku beriman kepada Nya.
BalasHapusthanks y..!!
:) Riska, hmm,, y sama2..ajak juga teman, shbt2 yg laen mampir d blog ini dan jangan lupa kritik dan sarannya..:)
HapusAssalamualaikum Akhi Zainal Masri
BalasHapusAku mengucapkan terimakasih atas berbaginya, smoga ilmunya semakin bertambah,…Salam cinta dan kasih sayang kepada para pecinta-Nya,
Wasalam
" Nur "
Alhamdulilah ya Rabb, terima kasih telah mempublikasikan Ilmunya. Sangat berguna (-:
BalasHapusN. Firdaus,, y..sama2...
HapusZainal, terima kasih y, SUBHANALLAH....¿¿¿¿¿¿¿ Mari qta brusha agr bsa mnjdi insan yg bnar2 brtaqwa..
BalasHapusAda hal, yang sangat menarik dari setiap akhir ayat-ayat yang berkaitan dengan puasa Ramadhan dari surat Albaqarah tsb, Ayat 183-187 surah Albaqarah diakhiri dengan fi'il Mudhari' (present dan future tense). Misalnya, ayat 183 yang diakhiri dengan la'allakum tattaqun, lalu in kuntum ta'lamun (184), la'allakum tasykurun (185), la'allahum yarsyudun (186), dan la'allahum yattaqun (187).
Menurut gramatika bahasa Arab, akhir ayat-ayat tersebut mengandung arti bahwa puasa itu harus berwawasan masa kini dan mendatang. Ketakwaan itu mengawali, menyertai, mengakhiri, sekaligus menindaklanjuti Ramadhan.
Kecuali ayat 184, ayat-ayat lainnya dirangkai dengan kata la'alla yang menunjukkan arti harapan (tarajji). Artinya, Ramadhan harus menjadi bulan penuh harapan menuju perubahan dan peningkatan ke arah yang lebih baik dan bermakna.
Pertama, harapan menjadi orang bertakwa (la'allakum tattaqun). Dalam menafsirkan ayat ini, sebagian ahli tafsir menyatakan bahwa 'mudah-mudahan kalian semua dapat menjaga diri dari segala bentuk kemaksiatan.' Karena orang yang berpuasa itu mestinya antimaksiat. Makan dan minum saja tidak mau (di siang hari), apalagi maksiat?
Kedua, harapan menjadi orang yang berilmu (in kuntum ta'lamun). Ilmu harus menjadi dasar bagi kita dalam menggali makna dan rahasia puasa. Sebaliknya, puasa hendaknya mengantarkan kita untuk selalu menggali dan mengembangkan ilmu. Ilmu dan takwa menjadi 'identitas' Muslim.
Ketiga, harapan menjadi orang yang pandai bersyukur (la'allakum tasykurun). Bersyukur merupakan nilai positif dan konstruktif bagi orang yang berpuasa, karena ketika merasa letih, lapar, haus, dan dahaga, lalu pada saat berbuka dapat menikmati apa yang menjadi hak mulut dan perutnya, rasa gembira itu terekspresikan luar biasa indah. "Bagi orang yang berpuasa itu ada dua kegembiraan, yaitu kegembiraan saat berbuka dan kegembiraan saat bertemu Tuhannya di akhirat kelak." (HR Thabrani).
Keempat, harapan menjadi orang yang berada dalam kebenaran (la'allahum yarsyudun). Berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah merupakan prasyarat yang mengantarkan seseorang itu memperoleh jalan kebenaran dalam menjalani kehidupan ini.
Harapan itu harus dipenuhi dengan ketaatan dan kesungguhan dalam berdoa, dengan sungguh-sungguh meminta kepada Allah dan bukan pada yang lain.
Kelima, harapan menjadi orang yang bertakwa (la'allahum yattaqun). Menjadi orang yang bertakwa harus tahu diri, tahu batas, dan tahu yang pantas. Tahu diri artinya bisa mengendalikan hawa nafsu, tahu batas berarti mengetahui larangan-larangan Allah, dan tahu yang pantas artinya berusaha untuk menampilkan performa diri yang terbaik sesuai dengan batas kemampuannya.
Dengan memahami gramatika Ramadhan ini, kita perlu memaksimalkan harapan-harapan baik kita dengan membuat perencanaan dan target yang jelas sehingga Ramadhan kali ini, membuahkan transformasi dan spiritualisasi diri ke arah peningkatan iman dan takwa yang bermakna. Semoga.
Wallahu' alam
Unilia Rheiska,, y sama2,, Allahu Allah,,.. trimaksih juga telah singgah di blognya dan juga atas tambahan materinya,,harapan kita smua, smoga nilai2 ibadah puasa tsb bisa di amalkan dlm kehidupan, baik kehdupan rumah tangga, masyarakat, terlebih di negara kita yang mengalami berbagai krisis dewasa ini. smoga Allah bersama kita,,amiin..
HapusSubhanallah, ,smoga qt dapat menghayati & menjadikan Puasa sebagai Pendidikan Komprehensif Sepanjang Hayat, izin share y...
BalasHapusAnnisa wati@,, Amiin..,,y nisa,, ana izinkan,,ajak juga y teman2 ke sini..
Hapussaya sangat berterima kasih kepada yang membuat makalah ini karena sangat bermanfaat bagi saya dalam mengerjakan tugas.
BalasHapusUswah Wasamah@,, y sama2..,,Alhamdulillah, trmksih juga telah meluangkan waktunya untuk singgah dan membaca blognya...
HapusMAKALAH ini memberikan cahaya di mana kita dapat mengamati sangat berbeda antara konsep dg realitas.
BalasHapusHal ini sangat bagus dan memberikan informasi mendalam. thanks berat buat infonya
100 like dah!!!
BalasHapusPuasa itu pantasnya Saum artinya menahan diri dr napsu. Ada yg mngartikan puasa adlah menyiksa diri. tp puasa ini:saum.
BalasHapusBeauftiful Girls,,salam kenal,,mksih komentnya, jangan lupa ajak juga teman2 ke sini guna menambah ilmu dan wawasannya,,y scra bhs" menahan" kalau menyiksa berarti salah pengertian namanya tu..
HapusAlhamdudillah sejak saya rajin menjalankan ibadah puasa sunah,kebahagiaan yg tak terkira sy sgt rasakan,terimakasih Ya Rabb.
BalasHapus>>
Seandainya para koruptor mau mengerjakan puasa Senin Kamis, insyaallah dia akan sadar karena akan merasakan penderitaan orang miskin yang sulit makan akibat dari perbuatannya..
terimakasih, sangat bermanfaat, mudah2an aku bisa mengamalkannya.. aamiiin...
salam
Fickey Janzhu, mksih juga telah meluangkan waktunya, utk singgah dan mmbaca coretan2 ini, smoga ada nilai ibadah disisiNya,
Hapusajak juga yg lain singgah ke sini y..:)
Saya kerjanya dilapangan,terik matahari menemani setiap langkah,pengen sih,tp ga kuat
BalasHapusSheila On7,, kan g' kerja terus dari pagi-sore..,,:)
Hapus